Minggu, 08 Agustus 2010

Email dari Client Hypnotherapi #1

Dengan maksud berbagi mengenai salah satu manfaat hypnotherapi, berikut ini saya tampilkan salah satu cerita client yang dikirimkan via email :

Halo ry, aku mau sharing apa yang aku rasakan setelah sesi kemarin

Dari awal sebenarnya tujuan aku menghubungi kamu untuk anakku, yang aku rasa ada sesuatu yang bisa dilakukan dengan tawaran terapi itu. Dengan latar belakang bahwa selama ini aku sudah mencari cara untuk membuat terutama diri sendiri nyaman dan bahagia dengan segala permasalahan yang ada, dan agar hubunganku dengan anakku juga hangat. Aku sudah cerita aku sudah coba SEFT, aku sudah coba katahati, dan yang lainnya. Dan aku sudah baca beberapa buku adi gunawan. Aku tertarik dengan metode hypno ini yang prosedurnya lebih panjang dibanding SEFT dan kata hati. Kakakku menyarankan metode hypno, dan sehari atau dua hari kemudian aku baca emailmu..bukan suatu kebetulan khan..he..he.. aku yakin semua ada yang mengatur.

Aku cerita dulu tentang aku dulu, baru tentang anakku. Aku tahu SEFT awal 2008, setelah itu sering aku praktikkan, dan hasilnya bagus untukku. Cuma sudah agak lama aku nggak jalani lagi, seingatku sampai sekitar akhir 2008. Febr 2009 anakku ikut ESQ kids,di sana ada sesi orangtua boleh hadir, dan sangat menyentuh aku juga anakku. Tapi karena kesibukan, aku nggak rutin lagi menjalankan SEFT, hanya kalau mau tidur aku sering mendengar CD dari katahati.

Dua minggu terakhir, berbarengan dengan aku mulai batuk, aku recall lagi peristiwa yang kemarin jadi topik, dan rasanya sakit sekali. Aku merasa maagku perih (yang aku sudah sadari sejak lama bahwa kalau aku merasa tertekan secara emosi lambungku pasti sakit), aku pikir ada pengaruh juga dari obat yang aku minum. Waktu kubilang ke dokter bahwa kalau sesudah makanpun tidak membaik, dan terasa sepanjang hari, dokter nanya apa aku pernah sakit kuning (ini yang aku khawatir ada kemungkinan sakit kuning, he..he.. sok tau banget ya gw). Bagaimanapun aku fokus bahwa ini semua dari masalah emosi, yang dapat terselesaikan dan tidak memperparah kondisi fisik kalau masalah emosi ini teratasi,tentunya di samping makan dan istirahat yang cukup. Eh selain itu juga tiga minggu terakhir ada pekerjaan yang aku merasa diburu-buru untuk diselesaikan, padahal deadlinenya jelas, aku selalu memproses selama waktu itu, aku kesal kenapa dengan deadline yang masih lama dan aku setiap hari membuat kajian itu tapi masih diburu-buru seolah-olah kerjaku lama. Iyalah, ini khan kerja mikir, kayanya nggak ngapa-ngapain tapi ni otak nggak berhenti mikir kerangka dan rincian laporannya.

Sebelum sesi kemarin aku ragu karena yang aku tahu, subyek akan dapat bercerita tentang peristiwa yang telah dialami selama terapi. Itu yang mungkin aku belum merasa nyaman untuk dilakukan. Tapi karena sebelumnya kita sudah ngobrol-ngobrol, dan I trust you as a therapist (and a person I've known before as a value added), maka aku bersedia diterapi. Penjelasan tentang proses yang akan dilakukan (bahwa
therapist akan menjadi mediator antar percakapan, terjadi pada gelombang beta, yang menyatakan bahwa kendali tetap ada di subyek, dan kamu minta ijin untuk melakukan therapi ini) mengurangi pertanyaan dan kekhawatiran tentang ketidaknyamanan. Aku yakin banyak orang tetap ingin memegang kendali apapun situasinya, dan meskipun orang datang memang ingin diterapi. Aku rasa itu prosedur yang bagus untuk membuat
subyek nyaman, dan kamu menjalankannya dengan baik.

Seperti yang aku tulis, yang aku harapkan aku dapat membuang segala rasa yang tidak enak, marah, kecewa, sakit hati, tidak berdaya, dll. Singkat kata, setelah aku berperan sebagai orang-orang yang terlibat dalam permasalahan ini, dan membiarkan percakapan ini terjadi, aku merasa lega. Yang aku rasakan langsung setelah therapi dan seterusnya, kalau aku ingat peristiwa itu, sudah nggak berasa apa-apa, sekali, dua kali, tiga kali, sesering mungkin aku recall, udah nggak berasa lagi. Nah,
yang aku ingin tanyakan, sepanjang yang kamu tahu dan dari pengalaman,apakah hasil ini permanen, atau suatu saat rasa yang nggak enak bisa muncul lagi?

Metode ini bagus, dan aku bertanya-tanya apakah bisa dijalankan tanpa hypno, artinya ya ngobrol-ngobrol dengan role playing.

Thanks ry, dan aku ijinkan kamu untuk sharing kasusku ini, tapi dengan
identitas disamarkan (name, age, education background, location,
relation between therapist and subject, etc).

Best regards

Tidak ada komentar: